Aku masih ingat jelas pertandingan voli sore itu. Matahari bersinar terik, tapi aku tidak terganggu. Justru, itu membuat semangatku semakin membara. Lapangan sudah dipenuhi suara sorakan dari teman-teman yang mendukung di pinggir. Lawan kali ini bukan tim sembarangan—mereka kuat, cepat, dan punya smash yang tajam. Tapi aku sudah siap.
Saat peluit berbunyi, aku mengambil posisi. Bola dilambungkan untuk servis, dan aku langsung menghantamnya dengan keras. Bola meluncur cepat, menukik tajam ke area lawan. Mereka berusaha menerima, tapi gagal. Ace! Satu poin pertama langsung kami dapatkan.
Pertandingan berjalan ketat. Setiap serangan mereka selalu kubalas dengan pertahanan yang solid. Saat mereka mencoba smash keras, aku sudah membaca gerakan mereka lebih dulu. Dengan lompatan tinggi, tanganku berhasil memblok bola dan mengembalikannya ke sisi lawan. Poin untuk timku!
Skor terus berkejaran hingga mencapai 24-24. Ini adalah momen penentuan. Aku bisa melihat lawan bersiap melakukan serangan terakhir mereka. Aku fokus penuh. Begitu bola datang, aku langsung bereaksi. Kaki menjejak tanah kuat-kuat, tubuh melayang tinggi, tangan terulur—dan… blok sempurna! Bola jatuh di sisi lawan.
Suara sorakan pecah. Kemenangan ada di tangan kami.