Nama saya Rahmawati, saya saat menulis ini duduk di kelas 12 , saya mempunyai pengalaman yang membuat saya bangga dan termotivasi.
Matahari mulai meninggi saat aku berdiri di tengah lapangan sekolah. Keringat menetes di pelipisku, tapi senyumku tak pernah pudar. Hari itu adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan latihan keras, disiplin, dan tanggung jawab.
Sejak pertama kali melihat pasukan Paskibra mengibarkan bendera di upacara sekolah, aku tahu bahwa itu bukan sekadar barisan biasa. Ada kebanggaan, kehormatan, dan rasa nasionalisme yang mengalir di setiap gerakan mereka. Sejak saat itu, aku bertekad untuk menjadi bagian dari pasukan itu, bukan hanya di sekolah, tetapi juga di tingkat kecamatan.
Latihan demi latihan aku jalani dengan penuh semangat. Setiap pagi sebelum sekolah dimulai, aku melatih langkah tegapku. Setiap sore, aku mengulang gerakan yang diajarkan senior dan pelatihku. Tak jarang kakiku terasa pegal, suaraku serak karena teriakan komando, dan tubuhku lelah luar biasa. Namun, aku tak pernah mengeluh. Bagiku, impian harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Tibalah hari seleksi Paskibra tingkat kecamatan. Jantung ku berdegup kencang saat namaku dipanggil untuk menunjukkan kemampuanku. Aku mengambil napas dalam-dalam dan melangkah dengan percaya diri. Setiap gerakan aku lakukan dengan penuh ketelitian, setiap aba-aba aku ikuti dengan disiplin. Ketika pengumuman hasil seleksi dibacakan, aku hampir tak percaya saat namaku disebut sebagai salah satu yang lolos, bahkan dengan posisi sebagai pengiring putri.
Air mata haru membasahi pipiku. Aku langsung memberi tahu orang tuaki yang selama ini menjadi pendukung terbesarku. “Alhamdulillah, aku lolos, Bu, Pak!” seruku penuh kebahagiaan.
Namun, perjuanganku belum selesai. Latihan semakin berat, disiplin semakin tinggi, dan tanggung jawab semakin besar. Setiap pagi buta, aku harus sudah siap di lapangan untuk latihan. Di bawah terik matahari atau bahkan hujan, aku dan teman-teman Paskibra tetap berlatih dengan semangat.
Lalu, tibalah hari yang paling ditunggu—17 Agustus 2024. Di lapangan upacara tingkat kecamatan, aku berdiri dengan tegap dalam barisan. Gemetar mulai merayapi tubuhku, bukan karena takut, tetapi karena haru dan bangga. Saat bendera merah putih perlahan-lahan naik ke puncak tiang, aku merasakan sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ini adalah momen yang selama ini aku impikan, momen yang aku raih dengan kerja keras dan doa.
Ketika upacara berakhir, aku menatap langit dengan senyum bahagia. Aku telah membuktikan kepada diriku sendiri bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan jika diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Dan di detik-detik terakhir masa sekolahku, aku membawa pulang bukan hanya pengalaman berharga, tetapi juga keyakinan bahwa aku mampu mencapai lebih banyak lagi di masa depan.
“Terima kasih, Paskibra. Kau telah mengajarkanku arti disiplin, tanggung jawab, dan kebanggaan yang sesungguhnya.”