Saya adalah Suci, saat saya menulis cerita ini saya duduk di bangku kelas 12 saat menulis cerita ini. Waktu terasa begitu cepat berlalu, dan kini aku hampir menutup bab terakhir dari masa putih abu-abu. Di antara banyaknya kenangan yang tertinggal, ada satu pengalaman yang begitu berkesan yaitu penampilanku dan teman – teman di acara *panen karya*.
Hari itu, dilapangan sekolah menciptakan suasana yang begitu meriah. Aku dan teman-teman kelompok gamelan bersiap, Aku menggenggam tabuh saron dengan erat, mencoba menenangkan diri.
Aku mengangguk. Namun, kecemasan tetap menyelimutiku. Ini pertama kalinya aku tampil di hadapan banyak orang. dan alunan gamelan mulai menggema, semua rasa gugup itu perlahan sirna.
Jari-jariku dengan mantap mengetukkan tabuh ke bilah saron, menciptakan nada-nada indah yang berpadu harmonis dengan instrumen lainnya.
Saat lagu mencapai bagian terakhir, aku melirik ke arah penonton. Wajah-wajah penuh kagum dan tepuk tangan meriah menyambut penampilan kami. Rasa lega dan bangga memenuhi hatiku. Aku tersenyum, menyadari betapa berharganya momen ini.
Hari itu, aku belajar sesuatu—musik bukan sekadar bunyi, tetapi juga tentang perasaan, keberanian, dan kebersamaan. Dan kini, setiap kali melihat saron di ruang musik sekolah, kenangan itu kembali terulang dalam pikiranku, menghadirkan kehangatan yang tak tergantikan.